Pemimpin Redaksi Tirto.id Minta Maaf
Media masa berbasis daring Tirto.id mengklarifikasi meme kontroversial yang beredar di jejaring sosial terkait Debat Cawapres 2019, Minggu (18/3/2019). Meme yang dibuat Tirto.id diedarkan Minggu malam mengiringi kehebohan netizen yang membahas debat yang mempertemukan KH Maruf Amin dan Sandiaga Uno itu. Melalui Pemimpin Redaksi Sapto Anggoro mengaku pihaknya bertanggung jawab dan memahami kekecewaan warga Nahdlatul Ulama (NU) atas meme yang diunggah akun Twitter Tirto.id yang dinilai telah melecehkan NU. Sapto mengakui pihaknya khilaf atas unggahan tersebut. \"Untuk keteledoran fatal, kami meminta maaf, terutama kepada Maruf Amin sebagai pihak yang paling dirugikan, termasuk juga kepada Tim Kampanye Nasional (TKN) dan para pendukung pasangan 01, dan juga kepada publik,\" tulis redaksi tirto melalui siaran pers, Senin (18/3/2019). https://twitter.com/TirtoID/status/1107461388413202432?s=19 Permintaan maaf Tirto pun telah diunggah di website Tirto.id berjudul: \'Kami Melakukan Kesalahan, dan Kami Meminta Maaf\'. Berikut isi permintaan maaf Tirto.id: Kami melakukan kesalahan fatal: secara gegabah memotong sebuah kalimat. Penggalan kalimat \"zina [bisa] dilegalisir\" diucapkan Ma\'ruf Amin sebagai salah satu contoh hoaks yang diarahkan kepada pasangan Jokowi-Ma\'ruf (selain azan dilarang dan Kementerian Agama dibubarkan). Penggalan kalimat itu sebenarnya didahului oleh pernyataan (1) pentingnya memerangi hoaks karena membahayakan tatanan bangsa dan dilanjutkan dengan pernyataan (2) bahwa Ma\'ruf Amin bersumpah akan melawan semua usaha untuk merealisasikan hoaks-hoaks itu. Begini kalimat utuhnya: \"Kami juga mengajak kita semua untuk melawan dan memerangi hoaks. Karena hoaks merusak tatanan bangsa Indonesia. Melawan dan memerangi fitnah, seperti kalau Jokowi terpilih kementerian agama dibubarkan, kementerian agama dilarang, azan dilarang, zina dilegalisir. Saya bersumpah demi Allah, selama hidup saya akan saya lawan upaya-upaya untuk melakukan itu semua. Namun karena pernyataan sebelum dan setelahnya dipotong, dan yang dikutip hanya soal zina bisa dilegalisir, maka konteks klarifikasi yang sedang dilakukan Ma\'ruf menjadi raib. Bukan hanya itu, penggalan kalimat \"zina [bisa] dilegalisir\" yang dihadirkan secara visual dalam bentuk meme bahkan seolah-olah menjadi pernyataan Ma\'ruf Amin. Begitu redaksi menyadari konten tersebut sudah naik di akun twitter @tirtoid, redaksi memutuskan untuk menghapusnya. Masih pada malam yang sama, tim multimedia segera membuat revisi meme dengan mencantumkan konteks pernyataan Ma\'ruf Amin menjadi \"Kami juga mengajak kita semua melawan dan memerangi hoaks, fitnah [...] seperti zina dilegalisir\". Revisi meme itu dibagikan di akun @tirtoid disertai permohonan maaf yang tepatnya berbunyi: \"Visual ini memperbaiki kekeliruan sebelumnya yang memotong konteks ucapan Maruf Amin yang hendak mengklarifikasi hoaks. Tirto meminta maaf atas kekeliruan tersebut.\" Untuk keteledoran fatal memenggal pernyataan itu, kami meminta maaf terutama kepada pasangan Capres-Cawapres 01 Jokowi-Ma\'ruf Amin, terutama kepada Ma\'ruf Amin sebagai yang paling dirugikan, termasuk juga kepada Tim Kampanye Nasional (TKN) dan para pendukung pasangan 01, dan juga kepada publik. Hal serupa juga terjadi dalam meme lain yang mengomentari pernyataan Sandiaga Uno. Janji Sandiaga Uno, \"Kami akan hapuskan UN\", divisualkan dalam bentuk meme sembari dikomentari dengan kalimat: \"Eh...? Kirain apus NU\". Komentar itu bukan hanya tidak perlu, melainkan juga insensitif dengan peran NU dalam konteks sosial di Indonesia. Kami meminta maaf terutama kepada nahdliyin dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Kami masih meyakini, mengutip artikel Nahdlatul Ulama Didirikan untuk Membendung Puritanisme Agama yang kami tayangkan pada 31 Januari 2018, \"Sampai hari ini NU tetap konsisten menyerukan persaudaraan nasional antara rakyat Indonesia dari agama yang berbeda-beda (ukhuwah wathaniyah) dan membawa kaum ulama memperjuangkan kedamaian. Itulah salah satu peran terbesar NU.\" Seluruh konten visual, baik itu infografik di dalam artikel maupun yang dibagikan di kanal media sosial, menjadi tanggungjawab redaksi. Yang telah terjadi menjadi pelajaran berharga untuk semakin memperketat lagi mekanisme gate-keeping bukan hanya di dalam artikel-artikel yang tayang, melainkan juga di kanal media sosial. Selama ini, konten media sosial, misalnya di Instagram, selalu melewati persetujuan redaksi, namun kali ini mekanisme gate-keeping ini gagal bekerja secara optimal. Sekali lagi: kami meminta maaf kepada semua pihak yang merasa dirugikan, juga kepada para pembaca sekalian. Mekanisme internal sedang dilakukan untuk memperbaiki dan menindaklanjuti kesalahan fatal ini. ====== Tirto bekerja sama dengan Narasi TV dalam melakukan live fact-checking Debat Pilpres 2019, termasuk dalam debat cawapres tadi malam. Namun seluruh produksi visual berupa meme, kutipan maupun periksa data sepenuhnya merupakan tanggung jawab Tirto (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: